03 Feb 07 19:01 WIB, WASPADA Online
Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. (Q.S. al-Tawbah ayat 108)
Hal yang paling fundamental dalam mendirikan masjid adalah ketaqwaan dan bukan kemegahan. Logika sederhananya adalah bahwa nilai ketaqwaan paling mudah mengakses kemegahan sedangkan kemegahan sangat sulit mengakses ketaqwaan. Oleh karena itu masjid yang didirikan atas dasar taqwa dapat dipastikan akan makmur sedangkan yang didasari kemegahan selalu pula menciptakan pertikaian.
Masjid-masjid yang melegendaris dalam kehidupan umat Islam sampai dewasa ini adalah masjid yang dulunya dibangun atas dasar taqwa seperti Masjid al-Haram dan Masjid al-Nabawi. Kedua masjid ini telah memiliki kesempurnaan kharismatiknya dan bahkan kehadirannya dapat memberikan kontribusi yang positif bagi umat yang ada di sekitarnya sampai saat ini.
Melihat keberadaan ke dua masjid di atas maka kita rindu adanya masjid yang memiliki kualitas seperti ini. Hadis yang menyatakan bahwa beribadah di kedua masjid ini melebihi masjid-masjid yang lain tidak dapat dijadikan sebagai argumentasi bahwa masjid kita wajar mundur. Al-Qur'an menyatakan tidak ada diskriminasi masjid dan bahkan semua masjid di bumi ini adalah milik Allah.
Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah ada sepuluh fungsi yang diperankan oleh Masjid al-Nabawi. Kesepuluh fungsi dimaksud adalah shalat dan zikir, pendidikan, santunan sosial, konsultasi dan komunikasi di bidang ekonomi dan sosial serta budaya, latihan militer, pusat kesehatan, pengadilan dan penyelesaian sengketa, pusat penerangan, tahanan dan tempat penampungan.
Bertahannya fungsi masjid ini tentu saja didasari kepada niat pendirinya dan juga pengelolanya. Oleh karena itu pengelola masjid tidak perlu berkoak-koak supaya orang mendatangi masjid dengan menggunakan ancaman neraka segala macam. Akan tetapi yang penting adalah agar orang-orang yang mendirikan dan mengelola masjid benar-benar taqwa sehingga dengan demikian maka orang akan berbondong-bondong mendatangi masjid tanpa harus diancam dan dikomandokan.
Hal ini dapat dilihat dari keberadaan Masjid al-Haram dan Masjid al-Nabawi dimana semua umat Islam tidak pernah putus niatnya untuk datang ke kedua masjid ini. Kuat dugaan bahwa semua hal ini disebabkan oleh ketaqwaan pendiri dan penge-lolanya. Urgennya ketaqwaan dalam mendirikan dan mengelola masjid karena dapat mengundang intervensi Tuhan di dalamnya karena Tuhan sangat suka kepada orang-orang yang taqwa. Masuknya intervensi Tuhan ini disebabkan bahwa orang-orang yang taqwa setelah selesai membangun masjid maka mereka menyerahkannya kepada Tuhan sehingga perintah untuk memakmurkannya mereka sahuti juga dengan sifat taqwa.
Berdasarkan hal ini maka ketaqwaan dalam membangun dan mengelola masjid adalah syarat mutlak untuk mencapai kemakmuran. Sebaliknya, semegah dan sehebat apapun sebuah masjid kalau tidak dilandasi dengan taqwa maka daya tariknya akan kurang. Dan oleh karena itu berapa masjid yang nota benenya mahal dan megah namun pengisinya masih dapat dihitung dengan jari.
Pengaruh Taqwa Terhadap Kemakmuran Masjid
Al-Qur'an menegaskan bahwa masjid yang paling patut untuk dijadikan tempat shalat adalah masjid yang dibangun atas dasar taqwa. Ayat ini menurut keterangan ahli tafsir turun ketika ada sekelompok orang yang membangun masjid tapi tidak dilandasi oleh sifat-sifat taqwa. Panitia pembangunan masjid ini ingin agar Rasulullah berkenan melaksanakan shalat di dalamnya dengan tujuan untuk mendapatkan legitimasi.
Ketika keberadaan masjid ini selalu penuh dengan rekayasa dan juga kepentingan politik maka Allah melarang Rasulullah untuk melakukan shalat di dalam-nya. Format larangan dalam ayat ini terkesan cukup serius karena di dalamnya terdapat kata "abadan" yang artinya adalah selama-lamanya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa masjid yang dibangun tidak atas prinsip taqwa maka sampai kapanpun tidak akan pernah membawa nilai positif bagi jamaahnya.
Melihat format larangan ini, muncul sebuah kesan bahwa ibadah apa saja yang dikerjakan maka hasilnya tidak akan pernah signifikan bilamana dilakukan di dalam masjid yang tidak dilandasi oleh ketaqwaan. Berdasarkan hal ini maka dapat dipahami bahwa syarat taqwa dalam membangun atau mengelola sebuah masjid jauh lebih penting bila dibanding dengan persoalan dana.
Larangan Allah agar Rasulullah tidak melaksanakan sholat di masjid yang tidak didasarkan taqwa ini dapat diartikan dalam dua hal. Pertama, agar panitia pembangunan masjid ini surut dari rekayasa murahan yang mereka lakukan. Kedua, pelajaran kepada Rasulullah dan juga kita semua bahwa shalat yang dilakukan di dalamnya tidak akan pernah menghasilkan nilai-nilai spritual yang baik seperti khusyu' dan tawadhu'.
Terwujudnya kondisi yang seperti ini disebabkan motivasi orang-orang yang taqwa ketika mendirikan dan mengelola masjid hanyalah untuk mencari ridha Allah. Pencarian terhadap ridha Allah ini tidak pernah mengenal garis finish sehingga orang-orang yang taqwa tidak kehabisan akal untuk membuat sesuatu yang dapat memakmurkan masjid.
Daya tarik masjid yang dibangun atas prinsip taqwa ini dapat meluluh lantakkan hati siapa saja ketika masuk ke dalamnya. Kekagumannya melihat masjid ini datang dari mata hati bathiniyah yang terimplementasi melalui ucapan Allahu Akbar. Berlainan dengan masjid yang dibangun dan dikelola bukan karena taqwa maka yang tergambar baginya adalah kemewahan yang terimplementasi melalui ucapan serba "wah".
Perbedaan yang paling prinsip antara masjid yang dibangun dan dikelola atas dasar nafsu dan yang dibangun atau dikelola atas prinsip taqwa. Masjid yang dibangun atas prinsip taqwa maka panggilannya terhadap orang-orang yang melangkah ke dalamnya adalah panggilan keinsafan. Disebabkan bahwa kehadirannya ke masjid ini adalah untuk mensucikan diri supaya mudah mendekati Pemilik masjid Yang Maha Suci.
Institusi ini menurut al-Qur'an tidak lain adalah masjid yang dibangun dan dikelola atas satu prinsip yaitu taqwa. Dari masjid yang seperti inilah kita mulai pergerakan untuk mensucikan diri supaya mudah melakukan pendekatan kepada Allah Yang Maha Suci guna mencapai derajat al-insan al-kamil. Hasil dari upaya mensucikan diri melalui masjid yang dilandasi ketaqwaan ini mengundang rasa simpati dari Allah. Rasa simpati ini diutarakan pada akhir ayat bahwa Allah mencintai orang-orang yang mensucikan diri. Oleh karena itu teka-teki yang selama ini menjadi misteri, kini telah terjawab bahwa sarana yang paling efektif untuk mensucikan adalah masjid yang dibangun atas dasar taqwa.
Penutup
Pembangunan dan pengelolaan sebuah masjid memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap tindak-tanduk jamaahnya. Bukankah Rasulullah pernah mengatakan bahwa Allah itu adalah baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik-baik. Dengan demikian apabila masjid dibangun atas prinsip taqwa maka segala ibadah yang dilakukan di dalamnya dapat merubah prilaku jamaahnya menjadi orang yang taqwa.
Oleh Drs. Achyar Zein, M.Ag-Dosen Fak. Tarbiyah IAIN-SU Pengurus El-Misyka Circle (wns)
Sunday, February 04, 2007
Mendirikan Masjid Di Atas Pondasi Taqwa
Posted by Yayasan Peduli Muslim Nias at 13:44
Labels: Articles/ Artikel