Friday, June 30, 2006

Muslim Nias Butuhkan Bantuan


”KAMI sangat meng­harapkan bantuan dan uluran tangan dari para donatur untuk segera membangun masjid yang rusak akibat gempa bumi 15 bulan lalu. Sejak gempa, praktis kegiatan keagamaan di masjid jadi berkurang. Untuk itu, kami membangun masjid darurat terbuat dari atap daun rumbia," kata Muridun Fulu, yang diangkat menjadi Ketua Panitia Pembangunan Kembali Masjid Jami, Pasar Teluk Dalam, Kab. Nias Selatan.



LOKASI Madrasah Aliyah NU di Gunungsitoli Nias yang menunggu uluran tangan bantuan para donatur.*MANGARAHON DONGORAN/"PR"





Masjid kebanggaan masyarakat Nias Selatan ini khususnya di Kota Teluk Dalam, sudah tidak bisa digunakan lagi akibat guncangan gempa berkekuatan 8,7 skala Richter (SR) pada 28 Maret 2005 lalu. Bangunan lama masjid masih berdiri, tapi tidak layak digunakan. Di-khawatirkan, jika ada kegiatan keagamaan, tiba-tiba ada gempa susulan.

"Kami tak berani lagi menggunakan masjid itu. Masjid ini yang pertama di Nias Selatan. Kami harapkan agar segera dibangun kembali. Hingga kini sudah ada bantuan dari donatur hamba Allah ditambah dari BRR (Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi). Ya, cukup untuk membeli besi untuk fondasi," kata Maridun, yang ditemui di rumahnya tidak jauh dari lokasi masjid itu.
Maridun menceritakan, BRR telah menjanjikan bantuan Rp 38 juta. Namun, yang diberikan baru Rp 18 juta. "Cukup untuk membeli besi fondasi. Juga ada donatur lain, sehingga total yang sudah diterima panitia pembangunan sekira Rp 30 juta," kata ayah tiga putra ini.

Harapan Maridun juga meru­pakan gambaran harapan para pengurus masjid maupun sekolah Islam (madrasah) di Pulau Nias. Pulau Nias terdiri dari dua kabupaten, yaitu Kab. Nias dengan Ibu Kota Gunungsitoli dan Kab. Nias Selatan dengan Ibu Kota Teluk Dalam.

Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) 15 Agustus - 15 September 2005, jumlah penduduk Kab. Nias sebanyak 441.832 jiwa. Hanya 24.337 jiwa beragama Islam. Sedangkan jumlah penduduk Kab. Nias Selatan sebanyak 270.243 jiwa dan beragama Islam 6.987 jiwa. Mayoritas penduduk Pulau Nias adalah Nasrani.
Total rumah ibadah Islam di Pulau Nias, terdiri atas masjid, musala dan surau/langgar 180 unit. Gempa bumi telah menyebabkan sekira 70% mesjid rusak, baik rusak total, berat atau rusak ringan. Rusak total berarti tidak bisa digunakan, seperti masjid jami di Teluk Dalam maupun Masjid Raya Al-Furqon di Gunungsitoli.

Kebanggaan
Maridun menambahkan, masjid jami yang berlokasi di jalan menuju Pelabuhan Teluk merupakan kebanggaan kaum Muslim Kab. Nias Selatan. Namun, kini sudah tidak lagi. Masjid itu yang masjid pertama di Teluk Dalam. Luas bangunan masjid 14 x 12 m.
"Masjid ini berada di Walondafa," kata Maridun sambil menjelaskan, Walondafa dalam bahasa Nias berarti Kampung Muslim. "Kalau ada yang mau membantu pembangunan masjid ini, kami berterima kasih. Kita sudah mengirimkan proposal ke beberapa instansi, tapi belum ada jawaban," katanya.

Masjid Taqwa yang berada di pusat Kota Teluk Dalam juga memprihatinkan meski tetap digunakan untuk kegiatan salat. Agar jemaah merasa aman, pengurus masjid pun membuat tiang-tiang penyangga dari pohon kelapa pada bagian yang retak akibat gempa.

Berdasarkan pantauan "PR," kedua masjid di Teluk Dalam ini memerlukan perbaikan secara total. Masjid masih terlihat berdiri lengkap dengan kubahnya, namun jika diamati secara teliti hampir seluruh sudut masjid retak. Bangunan atapnya juga terlihat miring.

Harapan agar ada umat Islam dari luar Nias untuk membangun masjid maupun sarana ibadah lain, juga diungkapkan Wilman Harefa, pengurus Masjid Raya Al-Furqan Gunungsitoli.
"Disebut masjid kebanggaan karena dulunya terdiri atas tiga lantai. Lantai pertama tempat salat, lantai dua tempat mengaji dan lantai tiga gudang. Kini semuanya tinggal kenangan. Rencananya akan dibangun masjid dengan dua lantai ukuran 17 x 23 m," kata Wilman.

Pengurus masjid telah membuat proposal dan dikirimkan ke pihak tertentu, termasuk ke BRR. Namun, belum ada tanda-tanda turunnya bantuan untuk membangun kembali masjid itu. "Mudah-mudahan, ada donatur yang membantu kami, sehingga masjid kebanggaan ini bisa berdiri lagi" ujar Wilman.

Harapan agar masjid dan gedung madrasah segera mendapat bantuan juga disuarakan oleh Edi Lase, orang BRR yang bukan beragama Islam. Meski menganut agama Protestan, ia sangat prihatin atas minimnya bantuan yang disalurkan terhadap penduduk Islam.
"Kasihan saudara kita yang beragama Islam. Mereka termarginalkan. Bantuan lebih banyak ke penduduk yang beragama mayoritas. Ini bukan persoalan pembedaan. Wajar jika bantuan ke penduduk agama mayoritas lebih banyak. Kalau ada saudara Islam ingin membantu saudaranya yang Islam di Nias, itu wajar," kata Edi. (H. Mangarahon Dongoran/"PR"). Bersambung.***