”KAMI sangat mengharapkan bantuan dan uluran tangan dari para donatur untuk segera membangun masjid yang rusak akibat gempa bumi 15 bulan lalu. Sejak gempa, praktis kegiatan keagamaan di masjid jadi berkurang. Untuk itu, kami membangun masjid darurat terbuat dari atap daun rumbia," kata Muridun Fulu, yang diangkat menjadi Ketua Panitia Pembangunan Kembali Masjid Jami, Pasar Teluk Dalam, Kab. Nias Selatan.
LOKASI Madrasah Aliyah NU di Gunungsitoli Nias yang menunggu uluran tangan bantuan para donatur.*MANGARAHON DONGORAN/"PR"
"Kami tak berani lagi menggunakan masjid itu. Masjid ini yang pertama di Nias Selatan. Kami harapkan agar segera dibangun kembali. Hingga kini sudah ada bantuan dari donatur hamba Allah ditambah dari BRR (Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi). Ya, cukup untuk membeli besi untuk fondasi," kata Maridun, yang ditemui di rumahnya tidak jauh dari lokasi masjid itu.
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) 15 Agustus - 15 September 2005, jumlah penduduk Kab. Nias sebanyak 441.832 jiwa. Hanya 24.337 jiwa beragama Islam. Sedangkan jumlah penduduk Kab. Nias Selatan sebanyak 270.243 jiwa dan beragama Islam 6.987 jiwa. Mayoritas penduduk Pulau Nias adalah Nasrani.
Maridun menambahkan, masjid jami yang berlokasi di jalan menuju Pelabuhan Teluk merupakan kebanggaan kaum Muslim Kab. Nias Selatan. Namun, kini sudah tidak lagi. Masjid itu yang masjid pertama di Teluk Dalam. Luas bangunan masjid 14 x 12 m.
Masjid Taqwa yang berada di pusat Kota Teluk Dalam juga memprihatinkan meski tetap digunakan untuk kegiatan salat. Agar jemaah merasa aman, pengurus masjid pun membuat tiang-tiang penyangga dari pohon kelapa pada bagian yang retak akibat gempa.
Berdasarkan pantauan "PR," kedua masjid di Teluk Dalam ini memerlukan perbaikan secara total. Masjid masih terlihat berdiri lengkap dengan kubahnya, namun jika diamati secara teliti hampir seluruh sudut masjid retak. Bangunan atapnya juga terlihat miring.
Harapan agar ada umat Islam dari luar Nias untuk membangun masjid maupun sarana ibadah lain, juga diungkapkan Wilman Harefa, pengurus Masjid Raya Al-Furqan Gunungsitoli.
Harapan agar masjid dan gedung madrasah segera mendapat bantuan juga disuarakan oleh Edi Lase, orang BRR yang bukan beragama Islam. Meski menganut agama Protestan, ia sangat prihatin atas minimnya bantuan yang disalurkan terhadap penduduk Islam.
"Kasihan saudara kita yang beragama Islam. Mereka termarginalkan. Bantuan lebih banyak ke penduduk yang beragama mayoritas. Ini bukan persoalan pembedaan. Wajar jika bantuan ke penduduk agama mayoritas lebih banyak. Kalau ada saudara Islam ingin membantu saudaranya yang Islam di Nias, itu wajar," kata Edi. (H. Mangarahon Dongoran/"PR"). Bersambung.***