Wednesday, March 28, 2007

Warisan Dunia - Kemiskinan Ancam Desa Budaya Bawomataluo

Medan, Kompas - Kemiskinan di Pulau Nias dikhawatirkan mengancam situs budaya yang bernilai tinggi seperti Desa Budaya Bawomataluo di Kabupaten Nias Selatan. Rumah tradisional di kawasan itu kini banyak menggunakan atap seng, sebab penggunaan atap daun yang merupakan komponen asli rumah Nias, mahal karena harus sering diperbaharui.

Program Associate Emergency Response and Transitional Recovery (ERTR) UNDP untuk pembangunan Aceh dan Nias, Christian Usfinit, di Medan, Senin (26/3) mengatakan, ERTR bersama UNESCO mendesak pemerintah mengusulkan Desa Bawomataluo menjadi kawasan warisan budaya dunia.

Desa yang terkenal dengan tradisi lompat batu itu sudah masuk dalam urutan keempat warisan budaya dunia yang diusulkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pada UNESCO. Bawomataluo berada di bawah Ubud Bali, Tanah Toraja, dan kawasan Trowulan di Jawa Timur. "Kami dari UNDP dan UNESCO hanya mendorong pemerintah mengusulkan. Sebab yang berhak adalah pemerintah," kata Christian.

Salah satu yang dilakukan UNDP, kata Christian, mengidentifikasi kebutuhan masyarakat di kawasan budaya Nias. Sebab tanpa dibarengi peningkatan kualitas ekonomi, pembangunan pariwisata hanya menimbulkan masalah baru.

UNDP menargetkan desa tradisional itu menjadi warisan budaya dengan tempat tinggal yang seluruhnya menggunakan atap tradisional. Sehingga, Desa Bawomataluo terbentuk kembali.

Team Leader UNDP Banda Aceh, Simon Field, mengatakan, banyak kendala dalam pemberdayaan masyarakat Nias, selain kurang terkoordinasinya LSM yang membantu masyarakat Nias pascagempa, juga karena infrastruktur yang tertinggal. "Meski berada di bagian barat, suasana pembangunannya seperti Indonesia timur," kata Simon. (wsi)