Saturday, January 28, 2006

Masyarakat Nias Butuh BMT

Republika Online - Sabtu, 28 Januari 2006

NIAS--Umat Islam di Pulau Nias membutuhkan kehadiran lembaga keuangan mikro syariah. Mereka butuh bantuan modal untuk melanjutkan usaha mereka setelah usaha dan tempat tinggal mereka hancur diguncang gempa dan gelombang tsunami.

Nurbowo, Humas Lazis Lembaga Dewan Dakwah Islamiyah, menjelaskan umat Islam Nias merupakan minoritas. Sebagian besar umat Islam tinggal di Kecamatan Gunung Sitoli, dan Lahewa. Sebagian kecil terserak sebagai minoritas di Kecamatan Sirombu dan Gunung Sitoli Utara.

''Mereka umummya pedagang tangguh,'' kata Nurbowo dalam siaran pers yang diterima Republika beberapa waktu lalu. Umat Islam di Nias itu sebagian berasal dari Padang sehingga menguasai sektor perdagangan. Sedangkan yang tinggal di kawasan pantai berprofesi sebagai nelayan.

Mereka saat ini melanjutkan hidup mandiri. Ada yang kembali mencoba berdagang, menjadi tauke, mencari ikan, dan pekerja informal lainnya. ''Meski minoritas, kami tetap berjuang untuk meningkatkan taraf hidup,'' kata Ahmad Yani dan Syukran, pemuda Gunung Sitoli sebagaiman termuat dalam rilis tersebut. Mereka selama ini hidup sebagai pedagang barang bekas seperti besi dan ban. Semula Yani bekerja sebagai tauke ikan dengan beberapa perahu besar di Kecamatan Lahewa. Namun perahu dan rumahnya hancur diterjang gempa dan tsunami.

Sementara Syukran sebelumnya bekerja sebagai pengusaha mengikuti ayahnya. Usaha itupun terhempas gempa. Nurbowo menjelaskan banyak umat Islam Nias butuh bantuan untuk hidup mandiri. Pasca gempa, menurut dia, banyak janda harus menghidupi anaknya karena suaminya meninggal. Untuk membantu kehidupan warga Muslim, Nurbowo berhadap kehadiran lembaga keuangan mikro syariah di daerah tersebut sebagaiman dikembangkan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

''Belum satupun LKMS hadir di Nias,'' kata Nurbowo. Meski LKMS di Indonesia berjumlah sekitar 3.700 yang terdiri dari 89 BPRS, 2.400 BMT, 1.200 koperasi pesantren, koperasi syariah dan juga baitul tamwil Muhammadiyah.

Nurbowo menyatakan tekad Muslim Nias cukup kuat. Mereka tidak gengsi memulai lagi usahanya dari usaha rumah dan amat kecil meski tadinya sempat hidup sebagai warga yang sukses secara ekonomi. ''Pembangunan kembali daerah gempa harus juga melirik Nias. Umat Islam di sana juga butuh bantuan. Kita harus menggugurkan fardu kifayah membantu saudara yang kesulitan.''
(tid )